Image
 Image
 Image

ADUL ADALAH SALAH satu BMI yang berkerja sebagai Asisten Rumah Tangga di Hong Kong. Kali ini Adul bekerja pada keluarga Amol sejak awal january 2019. Setelah visa turun, dia langsung masuk kerja sesampai di rumah majikan. Majikan memberikan penjelasan tentang keadaan rumah. Adul tidak punya kamar sendiri, tidak ada lemari. Majikan hanya menyediakan satu boks kecil. Dengan muka yang sedikit kecewa, Adul ngedumel di dalam pikirannya “Yah mana cukup lah! Biasa kerja mempunyai kamar, lemari, kamar mandi plus heater.” Kali ini, dia harus menanggung resiko dari keputusannya sendiri menerima job ini. Lebih shoknya lagi saat majikan menyuruh Adul merebus air untuk mandi, wah langsung berubah itu muka. Dengan sorot mata yang masam dia berkata dalam hati “Buzeetttttttttt  woyyyy ini Hong Kong woyyyyy kok  rebus air seperti di pedalaman kampung yang tidak ada listrik aja, menderita dach!” Detik itu juga Adul rasanya ingin langsung menggeret koper minggat dari situ! Tapi apalah daya, masa mau menyerah sebelum berperang sih… kaya pahlawan kesiangan aja, belum apa-apa sudah menyerah duluan.

 

Setelah majikan selesai menjelaskan, Adul mencoba untuk menarik nafas panjang dan membuangnya pelan-pelan sambil berusaha  menenangkan pikiran dan menerima kehidupan sekarang, meskipun di batinnya kacau balau dan pikiran jadi ruwet. Selama ini dia selalu mendapatkan majikan yang menyediakan heater untuk mandi. Di musim panas sih tidak terlalu tersiksa, karena tidak begitu membutuh terlalu banyak air panas. Tetapi, di musim dingin tanpa air panas yang cukup mana bisa mandi; apalagi saat untuk keramas dan tidak ada panci besar untuk merebus air hanya ada teko listrik berukuran 1,5 liter untuk merebus air dan itu membutuhkan berkali-kali merebusnya. 

 

Tapi apalah daya, masa mau menyerah sebelum berperang sih… kaya pahlawan kesiangan aja, belum apa-apa sudah menyerah duluan.

 

Otomatis rebusan air yang pertama sudah dingin sementara menunggu rebusan air yang berikutnya. Apalagi kalau suhu di bawah 10 derajat Celsius, air akan cepat dingin. Tidak jarang dia menggigil sampai giginya bunyi “kreeekuuuutttt, kreeeekkuuuuutttttt”. Bahkan kadang-kadang, saking tidak tahannya menahan dingin, air matapun menetes dan akhirnya diapun menangis sambil jongkok dan menggigil.

 

Satu tahun berlalu meski dengan keadaannya yang tertekan. Si Adul berusaha bertahan meskipun awalnya dia mau break kontrak. Tapi dia berpikir; dua tahun tidak lama, kurangi mengeluh dan kerjakan saja apa yang menjadi tanggung jawab dan tidak usah banyak pikiran, waktu akan segera berlalu. Benar, waktu pun cepat berlalu, satu tahun tidak terasa bekerja di majikan ini suka duka dilewatinya. Hati dan pikiran Adul pun sudah terbiasa dengan keadaan dan situasi di rumah itu dan tinggal satu tahun lagi untuk melewatinya.

 

Di awal tahun 2020 Hong Kong digemparkan dengan Coronavirus. Yah waktu itu bertepatan dengan liburan sekolah, dan majikan Adul pergi berlibur. Hanya Adul seorang diri di rumah. Seluruh warga Hong Kong heboh membeli masker. Toko-toko penjual masker, hand sanitizer, Clorox dan lain-lain kehabisan stock. Adul pun berusaha membeli masker, tetapi setiap toko yang dia datangi kehabisan stock. Mana majikan tidak di rumah pula. Adul Cuma punya 3 helai masker; itu pun sisa dulu yang dia simpan baik-baik. Adul berpikir tidak apa-apalah nanti majikan pulang pasti kasih dia, harapan tinggallah harapan. Setelah majikan pulang Adul memberitahu bahwa dia tidak punya cukup masker, dan majikan memberinya SATU HELAI MASKER punya mereka yang disembunyikan di kamar mereka. Adul tahulah saat itu memang susah untuk mendapatkan masker, kalau pun ada, harganya mahal. Dari masker SATU HELAI itu Adul pakai berkali-kali dengan menyisipkan tisu di dalam maskernya itu. Bila Adul pulang dari berpergian dia buang itu tisu dan maskernya dia simpan untuk besoknya lagi. Dia pakai masker itu berbulan-bulan, tetapi majikan tetap tidak memberinya lagi. Majikannya memberitahu dia urusan masker itu urusan Adul sendiri, mau beli atau bagaimana itu urusan Adul. Adul hanya bengong mendapatkan pernyataan seperti itu sambil bergumam “Loh loh loh ini majikan bagaimana sih? Kok pelit amat, masa tidak kasih masker yang cukup - bukannya ini tanggung jawab majikan!” 

 

Akhirnya Adul membeli sendiri masker, hand sanitizer, sabun cuci tangan. Ya, mau bagaimana lagi Adul kan belum mau tewas gara-gara kena Coronavirus (belum nikah lagi Adul woyyyy). Coronavirus kok ya betah amat sih, tak kunjung pergi padahal sudah berbulan-bulan “Sudah pengap bernapas di dalam masker ,apalagi musim panas aduhlah rasa mau pingsan bau napas dan keringat sendiri”. Pada waktu kasus melonjak, pemerintah membuat peraturan lockdown dan melarang Asisten Rumah Tangga libur keluar. Dengan adanya Coronavirus aja kita sebagai Asisten Rumah Tangga sudah tambah kerjaan dan jenuh karena semua majikan di rumah, kerjanya dari rumah, anak-anak juga sekolah dari rumah. Sudah penat dan jenuh ditambah lagi di hari libur tidak boleh keluar. Lengkap sudah derita sebagai Asisten Rumah Tangga ,“Bukan hendak mengeluh, tapi Adul pun manusia, mengeluh kan manusiawi tapi kebanyakan mengeluh akan menyakitkan dan mengecewakan hati sendiri.” Ya begitulah cara Adul menghibur diri. Dua tahun penantian akhirnya dating; kontrak kerja pun berakhir. Hingga sampai kontrak kerja mereka hanya memberikan sehelai masker.  Adul memutusan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja dengan mereka. Good Bye, Sehelai Masker!